Minggu, 15 Februari 2015

Memaknai Masalah Susah dan Senang Sebagai Dinamika Hidup



BY. KISMAN 2000
KM Walet Selatan
" JIKA KAMU MENANGIS KARENA SUSAH TAK KELUAR AIR MATA DARAH dan BILA KAMU MENANGIS HARU KARENA SENANG TAK AKAN KELUAR AIR MATA MUTIARA"


Manusia ADA adalah atas kehendak yang meng-ADA-kan, di dalam proses kehidupan manusia merupakan hasil uraian dari masalah dan dalam eksistensi diri manusia ada suatu potensi masalah, maka manusia perlu mengenali/mengetahui masalah. Predikat manusia sungguh mulya karena Allah telah mengkomparasikan dengan mahluk lain ciptaannya, manusia dengan dikaruniakan Akal sebagai sumber potensi yang dimiliki sehingga menjadi pembeda dengan mahluk ciptaan-Nya yang lain. Pengakuan tersebut telah diproklamirkan Allah dalam Al-qur’an (Bil ayat) “…… Sesungguhnya manusia adalah sebaik-baiknya ciptaan” karena telah dikaruniakan akal, namun dengan maha sempurnanya Allah atas ciptaannya untuk menghindari keangkuhan manusia dalam menggunakan potensi kelebihannya maka telah disindir dalam dalil lain dinyatakan “…… jika manusia tak pandai menggunakan akalnya, maka lebih rendah dari binatang..!! “.

Bahwa dengan gambaran tersebut dapatlah diasumsikan, manusia dalam menjalani kehidupannya dianugerahi MASALAH sebagai bagian untuk menakar kadar kemampuan  potensi akal dari kelebihan yang diberikan dalam rangka mempertahankan predikat sebagai makhluk terbaik/utama.

Dalam tulisan ini kerangka pemaknaan MASALAH sama dengan PROBLEM atau PROBLEM sesungguhnya MASALAH pula, maka secara sederhana pengertian masalah adalah kondisi/keadaan yang tidak ideal (DEVIASI) atau kondisi ( Patalogi ) dengan ukuran pemilahan oleh AKAL dan ditimbang berdasarkan SUASANA HATI (RASA atau PERASAAN) dari hasil proyeksi dalam bentuk dirasa, didengar dan dilihat baik dalam penentuan pendekatan secara Deduktif dan Induktif dalam bermasyarakat.

Dalam menelusuri sifat manusia untuk mengenali sikap manusia dalam menjalani hidupnya yaitu manusia cenderung “ TAKUT MENGHADAPI SUSAH ” dan “ BAHAGIA MENGHADAPI KE-SENANG-AN “. Untuk itu dalam rangka menjaga pembiasan penguaraian ini, maka perlu dilakukan pemetaan adalah “ MASALAH “ atau “ DEVIASI “ yang pada hakekatnya keadaan tersebut diatas SENANG maupun SUSAH adalah MASALAH juga, jika dilihat dalam sudut pandang MOTIFNYA dalam perspektif Agama karena susah dan senang merupakan ujian. Untuk spesifiknya kita fokuskan  pada MASALAH dalam perspektif umum, maka patut diawali dengan mencoba menguraikan dari proses kejadian manusia.

Bahwa manusia terjadi dari suatu pristiwa Kimiawi, Biologis dan Fisika yakni dengan berawal dari timbulnya hasrat libido yang membutuhkan penyaluran (BIOLOGI) dari manusia dewasa (Akil/baliq) antara Laki-laki dan Perempuan ( MENIKAH ) dalam bingkai rumah tangga, sebagai bentuk refleksi hasrat Allah dalam mewujudkan kehendaknya “Af Alullah” ( Bil ayat ) “……. Kul kullu bi Iznillah “ (…. Segala sesuatu terjadi atas ijin Allah ) dan dalil lain menegaskan “……Tidak bergerak sebiji jarrahpun tanpa seijin-Nya”  maka tahapan selanjutnya terjadi peristiwa gesekan beruntun antara organ “MAGNET BATANGAN “ dan “MAGNET LEMPENGAN “ dengan di iringi DESAHAN dan RINTIHAN sebagai bentuk proyeksi “ RASA “ dalam ungkapan perasaan yang pada puncaknya terjadilah peristiwa melelehnya molekul dan zat (FISIKA) berupa sperma dan ovum menuju proses persenyawaan (KIMIA) di dalam suatu tempat yang terlindungi/steril dalam lingkupan (Siirullah) rahasia Allah.

Proses ini mengawali hal yang akan menjadi “ I’TIBAR AGUNG ”  pelajaran besar untuk dikenali oleh manusia dengan menandakan bahwa dari proses “ JADINYA “  saja terjadi ANTARA kondisi SUSAH dan SENANG yang diungkapkan dalam bentuk DESAHAN dan RINTIHAN sebagai ungkapan gambaran perasaan terhadap keadaan yang dirasakan, maka manusia jika dilihat dalam prosesnya berada pada posisi ANTARA kondisi susah dan senang. Sehingga otoritas manusia dalam rangka menjalankan hak otonominya yang dilandasi potensi AKAL sebagai sumber potensi yang dikaruniakan kepadanya sekaligus untuk pembeda dengan makhluk lain dapat digunakan dalam mengahadapi hidupnya yakni berlakunya kadar dan Qada’ (ketetapan dan ketentuan) Allah yakni nasib baik dan buruk manusia atas pilihanya, (Bil ayat )“…..Allah tidak akan merubah nasib sesuatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang merubahnya”.  

MENGENALI MASALAH HIDUP

Dari uraian awal bahwa manusia memiliki sifat dan sikap dalam mengahadapi hidup yaitu Takut menghadapi Susah dan bahagia menghadapi kesenangan, maka dalam rangka untuk mengenali masalah dengan memilah secara komparatif yakni mengenal SUSAH dengan membandingkan dengan SENANG atau dengan pengertian lain, bahwa mengenali susah dalam pandangan kacamata Senang dan sebaliknya mengenali senang dalam pandangan kaca mata susah, maka :

1.      PENGERTIAN SENANG DAN SUSAH
SENANG adalah terpenuhinya keinginan atas kebutuhan dengan kemampuan yang ada sedangkan Sebaliknya SUSAH adalah tidak terpenuhinya keinginan atas kebutuhan dengan kemampuan yang ada.
 Artinya SENANG=ADANYA KEMAMPUAN bukan tertumpuk(Banyak), dalam ukuran rasa (perasaan) bahagia/suka-cita/manis sedangkan SUSAH=TIDAK ADANYA KEMAMPUAN, dalam ukuran rasa (perasaan) sakit/derita/pahit.

2.      MENGENAL BATAS SUSAH DAN SENANG
Dari uraian tersebut di atas maka perlu ditelusuri ukuran pembatasan atau garis batas antara SUSAH dengan SENANG dipandang sebagai sebuah dinamika dan bersifat dinamis, dapat digambarkan kondisi adanya awal pasti adanya akhir atau adanya posisi bawah pasti adanya posisi atas. Dari pendekatan logika pengukuran perbatasan antar wilayah SUSAH dengan wilayah SENANG dapat digunakan logika atas-bawah, jika susah posisi di bawah bergerak naik, maka pada saat pencapaian titik puncaknya adalah senang dan begitu juga sebaliknya, karena keduanya ada dalam kondisi berimpit (saling berbatasan), artinya Batas Senang adalah Susah dan batas Susah adalah Senang.
3.      MENJIWAI SENANG DAN SUSAH
Dalam menjiwai susah dan senang adalah bentuk refleksi rasa/perasaan jiwa (suasana hati) dalam bentuk pengungkapan yang diwujudkan pada kondisi puncak perasaan dengan menggunakan alat ukur simboliknya adalah AIR MATA. Artinya jika dalam puncak rasa senang atas suatu prestasi yang diraih misalnya : MENDAPAT JUARA, LULUS UJIAN atau memenangkan pertandingan dan lainnya, dimana kejadian itu memberikan gubahan RASA HARU sebagai gambaran keadaan senang yang mendalam, maka akan ada ungkapan tulus melalui air mata. Begitupun cara ungkapan rasa susah yang dalam kondisi puncak kesedihan/kesengsaraan sebagai bentuk RASA SUSAH akibat ketiban bencana/musibah, maka akan ada ungkapan jujur melalui symbol air mata, sementara identivikasi/pencermatan dan penilaian terhadap bentuk, sifat dan jenis AIR MATA SUSAH dengan AIR MATA SENANG tidak memiliki perbedaan, semisal AIR MATA SUSAH tidak menjadi warnanya keruh, merah karena dipengaruhi darah derita/sakit serta tak juga sebaliknya, akan tetapi SAMA SAJA. Maka SUSAH dan SENANG sesungguhnya atau pada hakekatnya SAMA SAJA dan tak patut untuk diresahkan, keluhkan dan ditakuti, jalani saja nikmati dan jiwai dengan makna MASALAH tersebut adalah DINAMIKA HIDUP.@Q2000.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarlah dengan Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar