Rabu, 11 Februari 2015

Kepemimpinan STAIM Bima


Ahmadin, M.Pd dalam Kepemimpinan STAIM(1)

 
 

KM. Walet Selatan
Melalui kepeimpinan baru perlu kita awali dengan sebuah niat yang ikhlas, kebesaran hati untuk menjalankannya dengan sepenuhnya, sebab itu adalah amanah, dan setiap amanah akan dimintai pertanggungjawabannya. Dalam suatu organisasi, kelompok atau masyarakat pada umumnya pasti ada pemimpinnya. Bahkan, suatu masyarakat yang ingin berkembang membutuhkan tidak saja adanya pemimpin namun juga bentuk dan tipe kepemimpinan yang mampu mengarahkan dan memfasilitasi kebutuhan dan kepentingan masyarakat, sekaligus menegakkan aturan main yang telah disepakati oleh kelompok masyarakat tersebut.

STAM dalam kepemimpinan baru yakni langkah untuk meneruskan warisan/estafet kepemimpinan sebelumnya, maka suatu kepemimpinan membawa arti adanya fenomena kompleks yang melibatkan pemimpin, pengikut, dan situasi. Tiga elemen ini saling berinteraksi dalam hubungan saling membutuhkan dengan kapasitasnya masing-masing: Pemimpin (personalitas, posisi, kepakaran, dsb), Pengikut (kepercayaan, kepatuhan, pemikiran kritis, dsb), dan Situasi (kerja, tekanan/stress, lingkungan, dsb). Kita bisa memahami proses kepemimpinan dengan baik ketika kita tidak hanya melihat pada sosok seorang pemimpin, tetapi juga pengikut, bagaimana pemimpin dan pengikut saling mempengaruhi, dan juga bagaimana situasi bisa mempengaruhi kemampuan dan tingkah laku pemimpin dan pengikut. Hakekat terpenting dari framework ini adalah bagaimana menjadikan kepemimpinan sebagai sebuah permainan orkestra yang merdu, sebagai hasil dari interaksi sinergis dari pemimpin, pengikut dan situasi.
Melaui perubahan status menjadi IAIM, yang terpenting adalah mewujudkan calon guru yg profesional, inspiratif, produktif, dan berkontributif dalam mencetak calon guru berkarakter kuat dan cerdas pada semau bidang, maka sebagai landasannya  “Setiap Bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah (potensi), maka orang tua nya lah yang akan menjadikan nya yahudi, nasrani dan majusi”. Melalui Proses yang akan di kembangkan di STAIM bagi mahasiswa baik dari kalangan kaya, miskin, di Kota, di Desa  ataupun anak jalanan sekalipun sudah pasti mempunyai potensi masing-masing atau mempunyai bakat masing-masing, tinggal bagaimana saja lagi seseorang itu dapat melihat potensi yang iya miliki dan mempunyai motivasi untuk mengembangkanya. Agar bakat yang dimiliki tidak bersifat laten. setiap orang mempunyai daya-daya, seperti daya pikir, fantasi, dan ingat, agar daya-daya tersebut  dapat dirasakan maka kita harus mengasahnya dengan cara menghafal kosa kata, memecahkan masalah, dan selalu bersikap kritis kepada sesuatu hal yang baru, melaui itu SDM yang memperdayaakan ini perlu beridologi sebagaiaman Muhammadiyah mengajarkan tentang Ke-Ikhlasan dalam beramal.
Seperti layaknya pada suatu perusahaan besar yang menghasilkan produk atau jasa, bagian atau divisi Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Human Resources Planning and Development) pada perguruan tinggi merupakan unit yang sangat penting. Keberhasilan suatu perguruan tinggi melaksanakan program-programnya sangat ditentukan oleh sumber daya manusia pengelolanya. Sumberdaya manusia di perguruan tinggi terdiri atas staf pengajar atau dosen, staf administrasi atau karyawan dan mahasiswa, merupakan suatu kesatuan Indikator kinerja Kunci tak terpisahkan. Kinerja SDM senantiasa perlu ditingkatkan dalam mencapai tujuan, yaitu menghasilkan produk lulusan maupun hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berkualitas, sehingga menumbuhkan kepercayaan masyarakat pada pendidikan tinggi. Karena itu dalam rangka meningkatkan RAISE (Relevancy, Academic Atmosphere, Internal Management and Organization, Sustainability, Efficiency) untuk tujuan perencanaan pengembangan STAIM 5 tahun ke depan dalam melaksanakan Misi untuk mencapai Visinya, maka perlu dianalisis kriteria kelayakan saat ini agar dapat mengevaluasi tercapainya kriteria normatif  yang dicita-citakan di masa yang akan datang dari keempat Aspek Utama, yaitu : (1) Dosen dan karyawan , (2) Mahasiswa, (3) Kualitas Lulusan, dan (4) Kualitas Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat­. 
Dengan demikian harus ada kemauan keras untuk memberikan perhatian dan tidak menelantarkan aspek afektif yang berproses pada belahan otak kanan seperti sikap, minat, motivasi berprestasi, empati, toleransi, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, yang justru lebih banyak menentukan peran dalam segala dimensi subuah organisasi. Pendidikan STAIM kita harus segera melakukan redefinisi terhadap praksisnya yang lebih ideal, memberanikan diri untuk mengambil trobosan-trobosan baru untuk memcapai suatu perubahan yang mengarahakan pada suatu perkembangan yang baik. (alif)

(1). Ahamdin, M.Pd

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarlah dengan Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar