"kesadaran akan solidaritas (organik) ini harus bisa melewati batas-batas teritorial, primordialisme dan menyatu dalam paradigma yang sama”
(Bima. KM.Walet Selatan).
Pemilihan
Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Bima Periode 2015 - 2015 semakin dekat,
kondisi sosial masyarakat masih berjalan normal, namun tidak bisa dipungkiri bahwa tanda tanda terjadinya resistensi semakin mengemuka karena
perbedaan pilihan dan dukungan untuk para calon, maka dari itu perlu diperkuat
dengan solidaritas organik bagi seluruh komponen masyarakat.
Hal
itu diungkapkan oleh Aktivis Perempuan Muda Bima dari Nasyiatul Aisyiyah (NA)
Kab. Bima yang juga Akademisi Institut Agama Islam (IAI) Muhammadiyah Bima,
Husnatul Mahmudah, M.Hum.
"Saat ini, belum muncul sensitivitas berlebihan yang akan memicu konflik, yang perlu kita lakukan adalah membangun solidaritas organik, kalau yang solidaritas organik itu lebih pada penghormatan terhadap perbedaan. dalam arti ketika nanti ada perbedaan pandangan dan pilihan baik bagi pemilih maupun dari calon, kesadaran akan solidaritas (organik) ini harus bisa melewati batas-batas teritorial, primordialisme dan menyatu dalam paradigma yang sama” tuturnya
Untuk itu menurut Husna, Orientasinya tetap sama yaitu dengan tujuan untuk membangun Bima yang berkemajuan, jika pun ada perbedaan dalam tawaran program, perbedaan dalam Visi dan Misi yang ditawarkan oleh kandidat, setidaknya masyarakat punya kesadaran yang sama bahwa Pilkada ini untuk masyarakat Bima sendiri. biasanya yang muncul setelah Pilkada adalah sentimen kelompok Penyelenggara Pemilihan mesti berperan aktif untuk memberikan program khusus pendidikan pada masyarakat grassroots Untuk menjadi pemilih cerdas
“Pemikiran saya sederhana saja, perlu kiranya untuk menyentuh langsung tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda dan tekoh perempuan di tingkat elit maupun akar rumput untuk diajak kerjasama atau sebagai sasaran pendidikan untuk menciptakan pemilih cerdas, itu kaitannya dengan yang saya maksud memperkuat solidaritas organik tadi, Kalau pemilih cerdas, maka kontrol sosialnya juga kuat” unkap Perempuan muda enerjik ini.
Saat ini sederet isyu yang berkembang, sudah ada indikisi kampanye hitam, juga ada dugaan keberpihakan media-media terhadap para calon. Bahkan para pendukung dan simpatisan sudah saling menyerang di social media sepeti di face book, hal ini sulit dihindari dalam politik, karena sesungguhnya politik itu adalah konflik yang dilembagakan.
Keberpihakan
media massa terhadap para calon pun juga harus dihindari, media massa juga
perlu mengedepankan Peace Journalism,
para simpatisan harus bisa menahan diri untuk tidak melakukan black campaign, Tim Kampanye harus tawarkan
Visi, Misi dan program para calon dengan bijak. disini perlu kesadaran kolektif
untuk menyukseskan pilkada yang damai, tampa menciderai hukum yang berlaku. Semua
Pihak harus satu kata dan perbuatan untuk membudayakan pendidikan politik yang damai
dan taat norma serta hukum, baik oleh Penyelenggara, Pasangan calon, tim
kampanye, dan tentunya simpatisan (art.mbojo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarlah dengan Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar