Ahmadin, M.Pd dalam Kepemimpinan STAIM(1)
KM. Walet Selatan
Melalui kepeimpinan baru perlu kita awali dengan sebuah niat yang ikhlas, kebesaran hati untuk menjalankannya dengan sepenuhnya, sebab itu adalah amanah, dan setiap amanah akan dimintai pertanggungjawabannya. Dalam suatu organisasi, kelompok atau masyarakat pada umumnya pasti ada pemimpinnya. Bahkan, suatu masyarakat yang ingin berkembang membutuhkan tidak saja adanya pemimpin namun juga bentuk dan tipe kepemimpinan yang mampu mengarahkan dan memfasilitasi kebutuhan dan kepentingan masyarakat, sekaligus menegakkan aturan main yang telah disepakati oleh kelompok masyarakat tersebut.
STAM dalam kepemimpinan baru yakni langkah untuk meneruskan
warisan/estafet kepemimpinan sebelumnya, maka suatu kepemimpinan membawa arti
adanya fenomena kompleks yang melibatkan pemimpin,
pengikut, dan situasi. Tiga elemen ini saling berinteraksi dalam hubungan
saling membutuhkan dengan kapasitasnya masing-masing: Pemimpin (personalitas, posisi, kepakaran, dsb), Pengikut (kepercayaan, kepatuhan,
pemikiran kritis, dsb), dan Situasi
(kerja, tekanan/stress, lingkungan, dsb). Kita bisa memahami proses
kepemimpinan dengan baik ketika kita tidak hanya melihat pada sosok seorang
pemimpin, tetapi juga pengikut, bagaimana pemimpin dan pengikut saling
mempengaruhi, dan juga bagaimana situasi bisa mempengaruhi kemampuan dan
tingkah laku pemimpin dan pengikut. Hakekat terpenting dari framework ini
adalah bagaimana menjadikan kepemimpinan sebagai sebuah permainan orkestra yang
merdu, sebagai hasil dari interaksi sinergis dari pemimpin, pengikut dan
situasi.
Melaui perubahan status menjadi IAIM, yang
terpenting adalah mewujudkan calon guru yg profesional,
inspiratif, produktif, dan berkontributif dalam mencetak calon guru berkarakter
kuat dan cerdas pada semau bidang, maka sebagai landasannya “Setiap Bayi yang dilahirkan dalam keadaan
fitrah (potensi), maka orang tua nya lah yang akan menjadikan nya yahudi,
nasrani dan majusi”. Melalui Proses yang akan di kembangkan di STAIM bagi
mahasiswa baik dari kalangan kaya, miskin, di Kota, di Desa ataupun anak
jalanan sekalipun sudah pasti mempunyai potensi masing-masing atau mempunyai
bakat masing-masing, tinggal bagaimana saja lagi seseorang itu dapat melihat
potensi yang iya miliki dan mempunyai motivasi untuk mengembangkanya. Agar
bakat yang dimiliki tidak bersifat laten. setiap orang mempunyai daya-daya, seperti
daya pikir, fantasi, dan ingat, agar daya-daya tersebut dapat dirasakan
maka kita harus mengasahnya dengan cara menghafal kosa kata, memecahkan
masalah, dan selalu bersikap kritis kepada sesuatu hal yang baru, melaui itu
SDM yang memperdayaakan ini perlu beridologi sebagaiaman Muhammadiyah
mengajarkan tentang Ke-Ikhlasan dalam beramal.
Seperti layaknya pada suatu perusahaan besar yang menghasilkan
produk atau jasa, bagian atau divisi Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia (Human Resources Planning and Development) pada perguruan tinggi
merupakan unit yang sangat penting. Keberhasilan suatu perguruan tinggi
melaksanakan program-programnya sangat ditentukan oleh sumber daya manusia
pengelolanya. Sumberdaya manusia di perguruan tinggi terdiri atas staf pengajar
atau dosen, staf administrasi atau karyawan dan mahasiswa, merupakan suatu
kesatuan Indikator kinerja Kunci tak terpisahkan. Kinerja SDM senantiasa perlu
ditingkatkan dalam mencapai tujuan, yaitu menghasilkan produk lulusan maupun
hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berkualitas, sehingga
menumbuhkan kepercayaan masyarakat pada pendidikan tinggi. Karena itu dalam
rangka meningkatkan RAISE (Relevancy, Academic Atmosphere, Internal Management
and Organization, Sustainability, Efficiency) untuk tujuan perencanaan
pengembangan STAIM 5 tahun ke depan dalam melaksanakan Misi untuk mencapai
Visinya, maka perlu dianalisis kriteria kelayakan saat ini agar dapat
mengevaluasi tercapainya kriteria normatif
yang dicita-citakan di masa yang akan datang dari keempat Aspek Utama,
yaitu : (1) Dosen dan karyawan , (2) Mahasiswa, (3) Kualitas Lulusan, dan (4)
Kualitas Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat.
Dengan demikian harus ada kemauan keras untuk memberikan perhatian
dan tidak menelantarkan aspek afektif yang berproses pada belahan otak kanan
seperti sikap, minat, motivasi berprestasi, empati, toleransi, kecerdasan
emosional, kecerdasan spiritual, yang justru lebih banyak menentukan peran
dalam segala dimensi subuah organisasi. Pendidikan STAIM kita harus segera
melakukan redefinisi terhadap praksisnya yang lebih ideal, memberanikan diri
untuk mengambil trobosan-trobosan baru untuk memcapai suatu perubahan yang
mengarahakan pada suatu perkembangan yang baik. (alif)
(1). Ahamdin, M.Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarlah dengan Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar