Bima. Km. Walet Selatan
La Ndolo Conary |
Perkembangan karya seni terutama penciptaan lagu-lagu daerah Bima-
Dompu di akui oleh berbagai pihak sangat cepat perubahannya, dari lagu-lagu
bersyairkan pesan budaya, moral, nilai sejarah dan tentunya nilai-nilai agama,
kini sudah mengarah kepada pesan-pesan pornoaksi dan pornografi, tampa
memperhatikan batas kepatutan dari sebuah sastra dan nilai-nilai positif yang
ada di tengah masyarakat.
Hal tersebut tidak luput dari pantauan Sastrawan Muda Bima yang juga aktif menulis Buku, Baharuddin,
S.Pd.
“kalau persoalan etika dalam pencipta karya (lagu) tidak terlalu
berpengaruh, hanya saja nilai estetika sastra dari penciptaan (lagu) itu yang
sangat buruk. Dalam etika sastra memang memerlukan kesantunan berbahasa,
terkait syair lagu yang dibuat. syairnya juga sangat amburadul sistematikanya,
pilihan kata (diksinya) banyak yang tidak sesusai” ungkap Pemuda dengan nama
Pena La Ndolo Conary tersebut.
Lebih lanjut menurut La Ndolo Conary, ada sejumlah lagu yang
muatan nilainya tidak menjunjung unsur dan nilai-nilai budaya lokal. tetapi,
ada juga sejumlah lagu yang bagus dan mengadung nilai luhur di mbojo. hal itu,
tergantung pencipta dan penyanyinya.
“Di Bima-Dompu, perlu keterlibatan banyak pihak untuk menfilter,
lagu yang layak dipasarkan dan lagu yang tidak bisa dipublikasikan. karena,
lagu juga banyak pengaruhnya dimasyarakat. perkembangan kesenian di Bima -
Dompu, terkait lagu tidak bisa dibiarkan liar begitu saja” tuturnya
Antologi Puisi "TUHAN TERGADAI" Karya La Ndolo Conary |
Penulis buku Antologi Puisi "TUHAN TERGADAI" tersebut juga menyinggung peran serta Pemerintah dan
Lembaga Adat yang ada di Bima Dompu untuk memfilternya (lagu) sangat perlu,
karena karya seni (lagu) itu bagian dari kehidupan kita. perlu perhatian semua
pihak, masyarakat tidak bisa dibiarkan untuk menyantap apa saja yang diproduk
oleh pasar dalam dunia hiburan.
“Pemerintah dan lembaga adat, merupakan salahsatu pihak yang
efektif untuk membuat regulasi pola perekaman dan analisis terkait lagu-lagu
mana saja yang layak di pasarkan, sehingga masyarakat dapat menikmati lagu-lagu yang memang layak didengarkan”
Memang harus di akui oleh semua pihak, bahwa karya seni dan nilai
nilai moral dari penciptaan lagu-lagu bima dompu, sudah jauh dari nilai-nilai
estetika dan moralitas apalagi tentang nilai-nilai kearifan lokal budaya Bima
Dompu itu sendiri sudah jauh tergerus. (Art.Mbojo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarlah dengan Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar