Tidak
semua orang Bima tahu bahwa di wilayah Selatan Dana Mbojo terdapat
sebuah Karajaan yang bernama Doro Rasa, yang kemudian berubah nama
menjadi Kerajaan Kalepe.
Sisa-sisa kerajaan ini masih terlihat hingga
sekarang, seperti Wadu Kopa Bibano, So Sorowua, dan pundan-berundak yang
ada diwilayah Parado. Bahkan ada yang memprediksi dan tengah mendalami
penelitian secara ilmiah, bahwa Prasasti Wadu Wawi merupakan peninggalan
Kerajaan Kalepe sebagai bentuk sesembahan kepada roh nenek moyang
mereka.
Pengetahuan yang diperoleh dari Novel ini menunjukkan bahwa
SEJARAH ITU TIDAK TUNGGAL. Otomatis Dana Mbojo tidak hanya didiami oleh
Kerajaan Mbojo (Bima) saja, melainkan ada kerajaan lain, mungkin satu,
dua, tiga, atau bahkan lebih.
Hanya saja kerajaan-kerajaan tersebut
tidak tercatat dalam buku sejarah. Dan ini tantangan bagi generasi Bima
untuk membukukannya sehingga dapat dijadikan referensi dan rujukan
sejarah. Novel ini menjawab keingintahuan pembaca semua akan sebuah
Kerajaan yang terkenal dengan Puteri Kerajaan yang bernama LA BIBANO.
Bidadari kerajaan yang telah membuat Raja Mbojo, RUMA MA TAHO ADE jatuh
hati dan berakhir kecewa hingga Sang Raja tidak tahu cara jatuh cinta
lagi.
Masyarakat dari wilayah selatan Bima menyadari dan mengakui bahwa mereka adalah
generasi dari Kerajaan Kalepe. Bahkan sebuah kerajaan di Sumba mengenal
sejarah kerajaan ini dan Pangeran dari Kerajaan Sumba yang akhirnya
menikahi Bibano hingga melahirkan keturunan yang selanjutnya memimpin
Kerajaan Kalepe.
Novel ini Layak dibaca oleh siapapun, terutama generasi yang
ingin mengungkapkan eksistensi Kerajaaan Kalepe lebih jauh. Selanjutnya
TIM Kalikuma akan mengajak siapapun yang ingin membuktikan kebenaran ini
untuk sama-sama melakukan EKSPEDISI KALEPE, tentunya setelah novel ini
dibedah.
Ekspedisi yang akan melibatkan semua elemen terutama TIM
Arkeologi ini bermaksud untuk menjelajah, mengidentifikasi, mendata, dan
mendokumentasikan sekecil apapun bukti dan informasi yang berkaitan
dengan Kerajaan Kalepe. Tentunya roh ekspedisi ini baru terasa
menggetarkan jiwa, bila pembaca yang ingin menyempurnakan pertualangan
sejarahnya terelebih dahulu “mengunyah” novel ini. Karena kelak pembaca
akan dimanjakan oleh suguhan sejarah, hamparan alam Parado, dan gulungan
Ombak Pantai Wane yang merupakan lokus KALEPE.
Syukurlah masih ada yang peduli. Lanjutkan terus penelusuran sejarahnya dengan berbagai metode.. Sehingga dapat membuka cakrawala generasi muda mbojo.
BalasHapus